Selasa, 23 Juni 2015

aku merindukan kalian..

Namaku Stella. Mahasiswa tingkat akhir pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota ku yang cukup terkenal. Aku tinggal di Yogyakarta bersama kedua orangtuaku awalnya, namun kini mereka berpisah di usiaku yang genap menginjak 23 tahun, di usia kematian adikku yang belum genap satu tahun. Entah atas alasan apa mereka memutuskan untuk berpisah, hanya akhir-akhir ini sepeninggal adikku mereka lebih sering memperdebatkan sesuatu yang sepele bahkan cenderung tidak aku mengerti. Mungkin ini cobaan terberat dalam hidupku, banyak alasan untuk aku mengatakan itu. Selain kematian adikku yang cukup membuat hatiku tersayat, belum lagi luka itu tertutup rapat aku harus kembali dihadapkan pada masalah perceraian kedua orang tuaku yang juga menyisakkan luka yang semakin dalam. Siapa sih di dunia ini yang menginginkan perceraian pada orang tuanya ? begitu juga dengan aku, aku tak pernah memikirkan bahkan memimpikannya pun tidak. Orang tuaku bercerai karena masalah yang mungkin tidak dapat mereka pecahkan berdua. Aku tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran mereka sehingga menjadi seperti ini, tidakkah mereka melirikku ? anak mereka yang tinggal satu-satunya. Bagaimanapun aku merasa sedih dan sakit hati atas ini. Tidakkah mereka ingat pada almarhum adikku ? yang jika masih hidup akan merasakan sakit yang sama. Ditengah-tengah rasa sedihku yang semakin mendalam, aku harus kembali dihadapkan pada kenyataan pelik. Ya, sesuatu hal yang semakin membuatku merasa jatuh dan sakit hati. Kalian tau, betapa hancurnya hatiku saat ini ? mengapa ?
Pernah berpikir bagaimana rasanya kehilangan seorang yang dikasihi ? mungkin semua orang pada umumnya pernah merasakan rasa sedih, sakit, bahkan kecewa atas kejadian tersebut. Begitu juga dengan aku, ketika belum genap satu tahun atas kepergian adik yang sangat aku sayangi, adik satu-satunya yang ternyata lebih disayangi oleh Tuhannya. Aku harus kembali merasakan sakit pada hatiku atas perginya laki-laki yang juga aku sayangi. Ia pergi bahkan tanpa memberi penjelasan mengapa ia begitu tega meninggalkanku yang sangat merasa mencintainya dengan penuh. Lima bulan setelah pertunangan kami, ia pergi dengan alasan tugas diluar kota, namun ternyata tak pernah kembali bahkan tak pernah memberi kabar. Tahukah engkau kekasihku, betapa sakitnya aku menunggumu selama ini, bahkan ada dua hal yang aku tunggu dari engkau kini, yaitu kehadiranmu dan juga kabar darimu yang cenderung tak pernah ada. Haruskah aku setiap hari menatap layar handphone demi memastikan adanya kabar darimu, telephone atau bahkan hanya sekedar sms. Puluhan sms yang ku kirim tak pernah engkau balas, apakah engkau sudah bahagia dengan orang lain disana ? tidakkah engkau sadar bahwa selama hubungan jarak jauh yang kita jalani aku sudah cukup bersabar atas semuanya, kini sabar seperti apalagi yang engkau tuntut dariku ? atau memang kau sengaja pergi dariku hanya karena lelah oleh sebuah jarak yang membentang diantara kita ?
Lalu, apalagi ini yang Tuhan berikan padakku ? tidakkah ada orang lain yang bisa menerima ini selain aku ? mengapa Tuhan tak henti-hentinya memberiku ujian dan cobaan tentang perasaan dan sakit hati ? aku lelah, aku sangat lelah...
Aku bahkan tak punya teman untuk berbagi cerita dan masalah yang menimpa dalam hidupku. Ketika ada seseorang yang sangat aku cintai, dan bahkan ia pun berkata begitu padaku, seseorang yang telah ku percaya, lebih dari sekedar sahabat, kakak, saudara, bahkan pacar kini memilih pergi dariku. Tuhan..... apa salahku sehingga aku engkau buat sesakit ini ?
Engkau lelaki yang tanpa kau sadari selalu ku sebut dalam do’aku, tertanam dalam pikiranku, aku menaruh sebagian hidupku padamu dan memercayakannya. Engkau lelaki yang menjadi labuhan terakhirku, aku yang selalu tersenyum dan tertawa oleh tingkahmu, aku yang merindukanmu setiap hari, aku yang bahkan tak pernah lupa sedikitpun untuk menyelipkan namamu dalam setiap sujudku, megapa memilih pergi ? mengapa memilih tak memberi kabar dan penjelasan ? apa yang salah dariku ? apa aku kurang cantik ? apa aku tak seperti mantan-mantanmu ? apa aku kurang dalam berakhlak ? apa aku kurang dalam beretika ?
Lalu, apa arti janji-janjimu akan menungguku ? apa arti rancangan pernikahan yang telah kita rencanakan selama ini ? apa arti dari kata sayang yang selalu kau ucapkan ? apa arti dari kata rindu yang selalu kau dengung-dengungkan ? apa semua itu hanya untuk membuatku melambung sesaat ? hanya untuk membuatku bahagia dan kau menghancurkannya ? atau karena kau anggap aku wanita bodoh yang dapat kau tipu ?
Aku memang bodoh telah begitu menaruh hati, jatuh cinta bahkan sangat menyayangimu. Tak peduli seberapa jauh jarak diantara kita karena kota yang berbeda, tak peduli seberapa sering engkau bertemu teman-teman cantikmu, tak peduli seberapa sering engkau membohongiku soal kegiatanmu, tak peduli bahkan soal perasaanmu yang benar-benar mencintaiku atau tidak. Jelasnya, aku telah begitu menyayangimu sedalam ini sehingga aku berani memutuskan untuk bertunangan denganmu.
Tapi, apa yang kini engkau perbuat ? secepat itu kau buatku bahagia, dan secepat itu pula kau biarkan  aku berada dalam keterpurukan. Tidak taukah engkau betapa aku merasakan sakit hati atas perlakuanmu yang bisa aku sebut kau begitu mencampakkan ?
Tidak bisakah kau menjadi penghibur laraku ketika begitu banyak masalah yang menimpa dalam kehidupanku ? engkau yang ku kira benar-benar dalam masa tugas karena pekerjaanmu, ternyata pergi meninggalkanku begitu saja, tanpa ada lagi kabar dan apapun darimu.
Harusnya engkau tau, aku sedang merasa tidak biasa atas semua ini. Engkau yang selalu mengisi hari-hariku dengan suaramu, pagi, siang, bahkan sampai tengah malam pun aku selalu setia menemanimu dalam bekerja. Tidakkah kau ingat, kau selalu menelponku lewat dari jam 12 malam ketika engkau bekerja ? dan kita berdua bercanda sampai fajar tiba. Aku rela melakukan itu semua karena aku mencintai dan menyayangimu.
Ah entahlah, untukmu yang aku tak tau kini engkau ada dimana dan bagaimana keadaanmu, semoga engkau selalu baik, aku masih menyayangimu hingga detik ini.
Untuk kedua orang tuaku, tolong liriklah aku, janganlah kalian terlalu egois atas permasalahan yang tidak usah diperdebatkan hingga mengakibatkan perceraian. Masih terus saling menuduh atas keterlambatan membawa Syaga ke rumah sakit. Aku pikir kalian berdua sama salahnya karena terlalu mementingkan pekerjaan tanpa sedikitpun menyisakan waktu untuk kami anak-anakmu kala itu. Setiap hari kalian pergi disaat kami belum bangun, dan pulang disaat kami telah terlelap tidur. Ayah, aku masih butuh bimbinganmu sebagai seorang panutan untuk langkahku menyongsong masa depan, aku membutuhkanmu di rumah ini. Ibu, aku masih membutuhkan kasih sayangmu, omelanmu, teguranmu, kecerewetanmu, yang bahkan tak lagi pernah ku dapat saat ibu memutuskan untuk pergi dari rumah dan meninggalkanku seorang diri kala itu. Ayah dan ibu, maukah kalian kembali kerumah dan hidup bersamaku lagi ? aku tak butuh semua kemewahan yang kalian berikan, aku hanya butuh kalian berdua selalu ada disisiku, bersamaku, setiap hari sebagaimana keluarga pada umumnya.
Adikku Syaga, maafkan atas semua kesalahan mbakmu ini. Mbak tau, mbak bukanlah kakak yang baik bagimu, tapi percayalah mbak sangat menyayangimu dibalik sikap mbak yang cenderung cuek. Bagaimanapun kamu adalah adik mbak satu-satunya. Syaga, jika saja kamu ada dan bisa mendengar semuanya, mbak ingin memelukmu dan menceritakan semua yang terjadi selama ini. Betapa sakitnya hati mbak saat tau kamu pergi untuk selamnya, mbak tidak percaya kamu pergi secepat ini, meninggalkan mbak, ayah, dan ibu.
Syaga, jika kamu tau apa yang terjadi setelah kepergianmu, mungkin kamu juga akan merasakan sakit hati yang sama seperti mbak saat tau ayah dan ibu memutuskan untuk bercerai dan tak hidup lagi bersama.
Dek, kamu masih ingat mas Adit yang kala itu meminta mbak menjadi istrinya ? ia juga pergi meninggalkan mbak dek.. semua pergi meninggalkan mbak sendirian. Mungkin tidak ada lagi yang sayang sama mbak sekarang. Dulu saat ayah dan ibu pergi bekerja, masih ada kamu dirumah yang jail dan usil sama mbak, masih ada kamu dan Mas Adit yang nemenin mbak disaat sepi, tapi sekarang semuanya berubah. Mbak tidak hanya merasakan sepi karena ditinggal ayah dan ibu bekerja, tapi juga karena meraka berpisah dan memilih tinggal dirumah yang mereka kontrak, bukan dirumah kita dulu. Lebih dari itu, mbak merasa kesepian dirumah karena tidak ada kamu yang selalu becandain mbak walau mbak sudah marah-marah. Juga tidak ada lagi Mas Adit yang mbak bangga-banggakan selama ini sama kamu. Dek, mbak kesepian..
Ayah dan ibu, Stella kangen kalian..
Syaga, mbak kangen sama kamu, mbak kangen dek..
Mas Adit, kekasih hatiku.. aku juga merindukan segala tentangmu..
Tuhan, lebih dari apapun masalah yang menimpaku saat ini aku hanya ingin mereka bahagia. Peluk Syaga ya Tuhanku, tempatkan ia di sisi-Mu. Aku menyayangi adikku meski Engkau lebih menyayanginya..
Tuhan, titip rindu buat Mas Adit, seseorang yang masih aku sayangi hingga detik ini meski mungkin ia telah bahagia bersama yang lain.
Stella..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar