Selasa, 30 Agustus 2016

Arya

Kecewa adalah hal yang tidak diinginkan oleh siapapun, termasuk aku..
Siapa sangka kecewa itu menyakitkan, dalam hal apapun rasa kecewa sebisa mungkin di jauhkan dari jangkauan kehidupan. Termasuk kecewa karena sebuah hubungan percintaan.
Namaku Nilam, akhir-akhir ini kecewa seakan menyerang dan menyergap hidupku tanpa jeda. Entah alasan apa yang pantas untuk menolaknya, aku rasa aku lelah dengan sebuah kekecewaan terlebih karena cinta.
Aku orang yang tak pandai membuka hati atau jatuh cinta dengan lelaki yang berusaha mendekatiku, sampai akhirnya ku temukan sosok yang berbeda. Ia selalu bisa membuatku jatuh cinta dengan caranya, aku selalu terpukau, aku selalu bahagia dan aku bangga kepadanya. Hingga singkat cerita, kami bersama..
Lelaki hebatku Arya namanya. Aku biasa memanggilnya Mas Arya, usia kami terpaut 4 tahun dalam hubungan ini. Meski dia lebih tua dariku, dia adalah sosok penyayang dan penyabar yang sangat baik, tak pernah sedikitpun terlihat gurat lelah diwajahnya karena sikap kekanak-kanakkanku. Ia selalu tersenyum, tertawa bahkan penuh kejutan setiap harinya..
Aku jatuh cinta, ya aku jatuh cinta sedalam ini padanya. Perasaanku selalu berjuta kejut karena dia. Aku bahagia, bahagia yang tak bisa ku jelaskan pada orang disekelilingku yang selalu menatap aneh karena perasaan cinta ini.
Mas Arya adalah lelaki hebat dan penuh tanggung jawab di mataku. Aku mematri namanya jauh di dalam hati ini, aku tidak ingin mengganti Mas Aryaku dengan orang lain, fikirku saat itu. Karena perhatian dan perlakuannya yang begitu istimewa, hariku seakan jauh lebih berwarna. Semangatku seakan membara dalam menjalani rutinitas selama ini yang begitu melelahkan. Ya semua karena Mas Arya yang begitu istimewa..
Hingga akhirnya aku tak pernah menyangka, Mas Arya yang begitu ku hormati, ku kasihi, ku cintai, pergi dan menghilang dari hidupku. Tidak ada lagi komunikasi, tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi bahagia, tidak ada lagi tawa yang singgah sejak saat itu. Hidupku terasa kosong bahkan seakan tak berarti.
Hari demi hari ku lalui tanpa kisah-kisah indah seperti dulu, aku seakan kehilangan arah dan tujuan hidup selama ini. Ini mungkin sedikit lebay menurut mereka yang menyaksikan kisah hidupku. Tapi pada kenyataannya inilah yang aku rasakan..
Fikiranku entah menerka-nerka pada hal apa, aku tidak bisa berfikir dengan baik. Emosiku menjadi tidak stabil dan cenderung menjengkelkan orang lain. Lingkunganku mulai tak nyaman dengan sikapku yang sudah tak seceria dulu. Sahabat-sahabatku silih berganti menghiburku agar tak berlama-lama bersedih karena Arya. Mereka mulai mengajakku untuk bermain atau sekedar nonton film agar aku bisa lepas dari rasa sedih itu. Namun, sekeras aku mencoba menolak kesedihan, sekuat tenaga juga bayang-bayang Arya menghantui fikiranku.
Ketiga sahabatku Ita, Nana, dan Sukma mulai kasihan pada keadaanku, mereka seakan merasakan segala kegundahan, kekecewaan, sakit hati yang selama ini aku pendam sendiri. Sebisa mungkin aku menutupinya, sejurus itu emosionalku pun memuncak karenanya.
Arya memang istimewa dalam pandanganku, jika tidak memiliki keistimewaan itu, tidak akan pernah aku jatuh jauh seperti ini. Kesedihan yang mendalam dan kekecewaan yang memuncak membuatku menjadi malas dalam mengerjakan apapun. Kuliahku terbengkalai, padahal hanya tinggal selangkah lagi ku raih gelar sarjanaku. Beragam cara yang dilakukan sahabatku untuk membujukku mengerjakan tugas akhir. Aku tak bergairah, gelar sarjana sudah tidak aku inginkan, yang aku inginkan hanya Arya dalam hidupku.
Efek cinta mungkin tidak hanya bahagia, tapi ternyata bisa meninggalkan duka yang mendalam bagi seseorang. Setidaknya itu yang terjadi padaku. Sampai pada akhirnya aku depresi karena Arya..
Tidak ada tempatku untuk mengadu tentang gejolak rasa di hatiku. Tuhan ? Tuhan seakan tidak pernah mendengarkan do’a-do’aku selama ini. Sempat aku membenci diriku sendiri dan menyalahkan Tuhan. Betapa ia tak sayang padaku saat itu. Dengan cara-Nya, Ia jauhkan Arya dariku. Ia cabut kebahagiaanku karena Arya. Tuhan tidak pernah sayang padaku..
Aku tidak lagi mempercayai hal apapun tentang cinta dan laki-laki. Sejak saat itu, aku menutup diri untuk siapapun. Laki-laki hanya mengecewakan dan pembuat kesedihan.
Satu-satunya laki-laki yang tidak pernah membuatku kecewa adalah bapak. Bapak, Nilam rindu..
Dalam langkah goyah ku hampiri bapak, mengusap pusaranya, menabur bunga dan mengucap do’a. Dadaku sesak saat ku tumpahkan kerinduan pada bapak, dalam lantunan do’a hatiku seakan berseru..
Bapak...
Nilam rindu bapak..
Haruskah Nilam jatuh sesedih ini karena laki-laki yang Nilam cintai ?
Kenapa tidak ada laki-laki sebaik bapak untuk Nilam saat ini ?
Pak, Nilam lelah.. Nilam lelah sendiri di sini
Nilam lelah menghadapi rasa yang seperti ini, Nilam lelah..
Sabar yang bapak ajarkan seakan Nilam tak punya, ikhlas yang bapak ajarkan seakan tiada untuk Nilam..
Pak, Arya orang baik yang kini pergi dari Nilam, haruskah Nilam membenci Arya ?
Arya orang baik yang membuat hidup Nilam penuh putus asa, haruskah Nilam tetap mengingatnya ?
Pak, salahkah Nilam dengan semua perasaan dan pengharapan pada Arya ?
Bapaaak..
Peluk Nilam sebentar saja..