Kecewa
adalah hal yang tidak diinginkan oleh siapapun, termasuk aku..
Siapa
sangka kecewa itu menyakitkan, dalam hal apapun rasa kecewa sebisa mungkin di
jauhkan dari jangkauan kehidupan. Termasuk kecewa karena sebuah hubungan
percintaan.
Namaku
Nilam, akhir-akhir ini kecewa seakan menyerang dan menyergap hidupku tanpa
jeda. Entah alasan apa yang pantas untuk menolaknya, aku rasa aku lelah dengan
sebuah kekecewaan terlebih karena cinta.
Aku orang
yang tak pandai membuka hati atau jatuh cinta dengan lelaki yang berusaha
mendekatiku, sampai akhirnya ku temukan sosok yang berbeda. Ia selalu bisa
membuatku jatuh cinta dengan caranya, aku selalu terpukau, aku selalu bahagia
dan aku bangga kepadanya. Hingga singkat cerita, kami bersama..
Lelaki
hebatku Arya namanya. Aku biasa memanggilnya Mas Arya, usia kami terpaut 4
tahun dalam hubungan ini. Meski dia lebih tua dariku, dia adalah sosok
penyayang dan penyabar yang sangat baik, tak pernah sedikitpun terlihat gurat
lelah diwajahnya karena sikap kekanak-kanakkanku. Ia selalu tersenyum, tertawa
bahkan penuh kejutan setiap harinya..
Aku jatuh
cinta, ya aku jatuh cinta sedalam ini padanya. Perasaanku selalu berjuta kejut
karena dia. Aku bahagia, bahagia yang tak bisa ku jelaskan pada orang
disekelilingku yang selalu menatap aneh karena perasaan cinta ini.
Mas Arya
adalah lelaki hebat dan penuh tanggung jawab di mataku. Aku mematri namanya
jauh di dalam hati ini, aku tidak ingin mengganti Mas Aryaku dengan orang lain,
fikirku saat itu. Karena perhatian dan perlakuannya yang begitu istimewa,
hariku seakan jauh lebih berwarna. Semangatku seakan membara dalam menjalani
rutinitas selama ini yang begitu melelahkan. Ya semua karena Mas Arya yang
begitu istimewa..
Hingga
akhirnya aku tak pernah menyangka, Mas Arya yang begitu ku hormati, ku kasihi,
ku cintai, pergi dan menghilang dari hidupku. Tidak ada lagi komunikasi, tidak
ada lagi cinta, tidak ada lagi bahagia, tidak ada lagi tawa yang singgah sejak
saat itu. Hidupku terasa kosong bahkan seakan tak berarti.
Hari
demi hari ku lalui tanpa kisah-kisah indah seperti dulu, aku seakan kehilangan
arah dan tujuan hidup selama ini. Ini mungkin sedikit lebay menurut mereka yang
menyaksikan kisah hidupku. Tapi pada kenyataannya inilah yang aku rasakan..
Fikiranku
entah menerka-nerka pada hal apa, aku tidak bisa berfikir dengan baik. Emosiku menjadi
tidak stabil dan cenderung menjengkelkan orang lain. Lingkunganku mulai tak
nyaman dengan sikapku yang sudah tak seceria dulu. Sahabat-sahabatku silih
berganti menghiburku agar tak berlama-lama bersedih karena Arya. Mereka mulai
mengajakku untuk bermain atau sekedar nonton film agar aku bisa lepas dari rasa
sedih itu. Namun, sekeras aku mencoba menolak kesedihan, sekuat tenaga juga
bayang-bayang Arya menghantui fikiranku.
Ketiga
sahabatku Ita, Nana, dan Sukma mulai kasihan pada keadaanku, mereka seakan
merasakan segala kegundahan, kekecewaan, sakit hati yang selama ini aku pendam
sendiri. Sebisa mungkin aku menutupinya, sejurus itu emosionalku pun memuncak karenanya.
Arya
memang istimewa dalam pandanganku, jika tidak memiliki keistimewaan itu, tidak akan
pernah aku jatuh jauh seperti ini. Kesedihan yang mendalam dan kekecewaan yang
memuncak membuatku menjadi malas dalam mengerjakan apapun. Kuliahku terbengkalai,
padahal hanya tinggal
selangkah lagi ku raih gelar sarjanaku. Beragam cara yang dilakukan sahabatku
untuk membujukku mengerjakan tugas akhir. Aku tak bergairah, gelar sarjana
sudah tidak aku inginkan, yang aku inginkan hanya Arya dalam hidupku.
Efek
cinta mungkin tidak hanya bahagia, tapi ternyata bisa meninggalkan duka yang
mendalam bagi seseorang. Setidaknya itu yang terjadi padaku. Sampai pada
akhirnya aku depresi karena Arya..
Tidak
ada tempatku untuk mengadu tentang gejolak rasa di hatiku. Tuhan ? Tuhan seakan
tidak pernah mendengarkan do’a-do’aku selama ini. Sempat aku membenci diriku
sendiri dan menyalahkan Tuhan. Betapa ia tak sayang padaku saat itu. Dengan cara-Nya,
Ia jauhkan Arya dariku. Ia cabut kebahagiaanku karena Arya. Tuhan tidak pernah
sayang padaku..
Aku tidak
lagi mempercayai hal apapun tentang cinta dan laki-laki. Sejak saat itu, aku
menutup diri untuk siapapun. Laki-laki hanya mengecewakan dan pembuat
kesedihan.
Satu-satunya
laki-laki yang tidak pernah membuatku kecewa adalah bapak. Bapak, Nilam rindu..
Dalam
langkah goyah ku hampiri bapak, mengusap pusaranya, menabur bunga dan mengucap
do’a. Dadaku sesak saat ku tumpahkan kerinduan pada bapak, dalam lantunan do’a
hatiku seakan berseru..
Bapak...
Nilam
rindu bapak..
Haruskah
Nilam jatuh sesedih ini karena laki-laki yang Nilam cintai ?
Kenapa
tidak ada laki-laki sebaik bapak untuk Nilam saat ini ?
Pak,
Nilam lelah.. Nilam lelah sendiri di sini
Nilam
lelah menghadapi rasa yang seperti ini, Nilam lelah..
Sabar
yang bapak ajarkan seakan Nilam tak punya, ikhlas yang bapak ajarkan seakan
tiada untuk Nilam..
Pak,
Arya orang baik yang kini pergi dari Nilam, haruskah Nilam membenci Arya ?
Arya
orang baik yang membuat hidup Nilam penuh putus asa, haruskah Nilam tetap
mengingatnya ?
Pak,
salahkah Nilam dengan semua perasaan dan pengharapan pada Arya ?
Bapaaak..
Peluk
Nilam sebentar saja..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar