Tentang Arya yang menyakitkan aku tak ingin mengingatnya, tak ingin memikirkan apapun tentang rasa saikt dan kecewaku.
Tentang Arya yang entah tau atau tidak tentang semua kecewa ini, aku sudah tidak ingin lagi repot mengatur imajinasiku agar berfikir waras.
Aku mengalirkan segala perasaan dihati dan akan mengikutinya hingga kehulu.
Tentang cinta dan kasih sayang, seperti aku sudah tak mengenalnya lagi, perasaan ini entah kemana dan hati ini entah bagaimana. Hanya sakit yang semakin mencekik perlahan seolah ingin membunuh.
Karena hal apa rasa sakit ini tak kunjung usai, seperti Tuhan mengirimkan Arya untukku merasakan ini semua. Aku tak hendak memuji kesabaran ku sendiri karena telah menantikannya selama ini. Toh tetap berujung kecewa dan menyakitkan. Setelah ini sepertinya aku ingin beristirahat dulu dan tak lebih mengenal laki-laki. Aku lelah.. dan ku fikir tidak usah.
Sampai kapan???
Entahlah, mungki hingga aku mulai mempercayai lagi tentang arti cinta, laki-laki, dan kepergian..
Maka untuk melakukan ini sebisa mungkin ku bunuh kenang, dan menikamnya tanpa belas kasihan.
Ini tak sepahit menanti lalu disia-siakan ku yakin itu.
Biarlah, aku bahagia dengan caraku meski harus membunuh keji dia dari ingatanku.
Rabu, 02 November 2016
Setelah Arya
Setelah Arya
Tentang Arya yang menyakitkan aku tak ingin mengingatnya, tak ingin memikirkan apapun tentang rasa saikt dan kecewaku.
Tentang Arya yang entah tau atau tidak tentang semua kecewa ini, aku sudah tidak ingin lagi repot mengatur imajinasiku agar berfikir waras.
Aku mengalirkan segala perasaan dihati dan akan mengikutinya hingga kehulu.
Tentang cinta dan kasih sayang, seperti aku sudah tak mengenalnya lagi, perasaan ini entah kemana dan hati ini entah bagaimana. Hanya sakit yang semakin mencekik perlahan seolah ingin membunuh.
Karena hal apa rasa sakit ini tak kunjung usai, seperti Tuhan mengirimkan Arya untukku merasakan ini semua. Aku tak hendak memuji kesabaran ku sendiri karena telah menantikannya selama ini. Toh tetap berujung kecewa dan menyakitkan. Setelah ini sepertinya aku ingin beristirahat dulu dan tak lebih mengenal laki-laki. Aku lelah.. dan ku fikir tidak usah.
Sampai kapan???
Entahlah, mungki hingga aku mulai mempercayai lagi tentang arti cinta, laki-laki, dan kepergian..
Maka untuk melakukan ini sebisa mungkin ku bunuh kenang, dan menikamnya tanpa belas kasihan.
Ini tak sepahit menanti lalu disia-siakan ku yakin itu.
Biarlah, aku bahagia dengan caraku meski harus membunuh keji dia dari ingatanku.
Senin, 24 Oktober 2016
Arya Part 2
Sesekali ku bunuh Arya dalam fikiranku, ku bulatkan keyakinan untuk melupakan Arya yang tak pernah kembali. Ku raih puing-puing kehancuran hatiku dan aku menatanya kembali. Aku sudah lelah bersedih karena Arya yang bahkan mungkin sudah tak mengingatku.
Aku adalah Nilam yang tak harus bersedih sejauh ini karena orang membuat kehancuran. Aku harus bangkit!!
Beberapa bulan setelah masa sulit tentang Arya ku lalui, aku mulai menata hidupku lagi, melanjutkan kuliahku yang terbengkalai dan menyelesaikannya hingga aku membuat ibuku tersenyum bangga melihatku memakai toga. "Ah ibu, maafkan aku.."
Meski Arya masih ada dalam hati dan fikiranku, aku mencoba membunuh waktu untuk tak mengingatnya. Ku sibukkan diriku mengerjakan segala sesuatu yang ku bisa hingga tak ada lagi jeda untuk membiarkan rasa depresi itu ada. Aku hampir berhasil untuk kembali menguasai diriku atas kesedihan. Aku mulai bertemu dengan orang-orang yang selalu mendukungku selama ini. Ita, Nana, Sukma, mereka adalah orang-orang yang tak pernah meninggalkanku, ah bahagianya memiliki mereka.
Sampai saat itu tiba, Arya kembali menghubungiku..
Entah perasaan apa yang ada dalam benakku saat itu, setelah berbulan-bulan tidak memberi kabar kini ia kembali.
Senang rasanya tapi aku sedih, bahagia namun aku merasa kecewa, sampai tidak disadari perlahan air mataku menetes membasahi pipi. Entah rindu seperti apa yang meluap pada hatiku, entah takut yang seperti apa yang hinggap dalam fikiranku. Aku jelas tak memarahi Arya, aku tak membencinya, bahkan aku merindukannya..
Ku balas pesan darinya dengan dada yang berdegup kencang, berharap ia merasakan kesedihan yang menggerayangiku selama ini.
Aryaku kembali.. pekikku pelan pada Ita, Nana, dan Sukma. Mereka merasakan kebahagiaanku dan mengucapkan selamat.
"Ini buah kesabaranmu menantikannya selama ini meski dalam kesedihan, kamu mencintainya aku tahu itu." Gumam Nana tersenyum.
Ya aku mencintai dan menyayanginya, tapi entah apa yang kurasa ini seperti berbeda. Ini seperti sedih dan kecewa yang menumpuk pada hatiku. Bahagiaku sekejap saja dan selalu berlinang air mata.
"Tidakkah Arya kembali dan akan meninggalkanku lagi seperti saat itu ?" Bayang-bayang itu menghantui.
Bukan pertama kali Arya meninggalkanku selama berbulan-bulan. Ini sudah kali kedua, perasaan ini entah seperti apa jadinya. Aku memaafkan Arya, tapi sedih dan kecewaku kemarin mematikan hatiku..
Hingga terucap dari bibir Arya, bahwa ia menyayangiku namun entah harus dibawa kemana rasa sayangnya untukku. Ia berkata akan mendampingiku hingga aku menemukan pasangan yang baik untuk hidupku kelak. Seketika itu pula hatiku terasa menjadi abu..
Aku menunggunya selama ini meski dalam kesedihan dan kekecewaan tapi kalimat ini yang ku dapat darinya..
Aku kecewa tak bisa ku pungkiri. Aku sakit hati..
Jika kepergian Arya seperti ribuan jarum yang menusuki seluruh tubuh, hingga sakitnya ku rasa perlahan-lahan. Kalimat Arya hari ini bagaikan pedang tajam yang menghunus tepat pada jantungku..
Aku selesai dan entah harus bagaimana lagi, penantianku selama ini, kecewaku, sakit hatiku, berbuah sakit hati yang lebih menyakitkan. Aku mencoba untuk biasa saja dan menetralisir perasaan kecewaku, tapi aku tak bisa..
Dalam diam aku memeluk ibu, aku menangis sejadi-jadinya dipelukan wanita yang selalu menyabarkanku.
Tanpa bertanya ibu berkata padaku "Istirahatlah bila hatimu sakit, jangan terlalu memaksakan.. ibu mendoakanmu."
"Ibu.. aku lelah." teriakku dalam hati.
Entah harus apa entah bagaimana, aku hanya ingin diam dan tidak lagi mengenal siapapun. Aku hanya ingin menyembuhkan luka hatiku dengan kembali menyendiri.
Kecewaku menumpuk, namun aku memaafkan.
Entahlah, harus yang seperti apa lagi yang aku suguhkan. Aku lelah dan ingin beristirahat saja.. sendiri.