Rabu, 02 November 2016

Setelah Arya

Tentang Arya yang menyakitkan aku tak ingin mengingatnya, tak ingin memikirkan apapun tentang rasa saikt dan kecewaku.
Tentang Arya yang entah tau atau tidak tentang semua kecewa ini, aku sudah tidak ingin lagi repot mengatur imajinasiku agar berfikir waras.
Aku mengalirkan segala perasaan dihati dan akan mengikutinya hingga kehulu.
Tentang cinta dan kasih sayang, seperti aku sudah tak mengenalnya lagi, perasaan ini entah kemana dan hati ini entah bagaimana. Hanya sakit yang semakin mencekik perlahan seolah ingin membunuh.
Karena hal apa rasa sakit ini tak kunjung usai, seperti Tuhan mengirimkan Arya untukku merasakan ini semua. Aku tak hendak memuji kesabaran ku sendiri karena telah menantikannya selama ini. Toh tetap berujung kecewa dan menyakitkan. Setelah ini sepertinya aku ingin beristirahat dulu dan tak lebih mengenal laki-laki. Aku lelah.. dan ku fikir tidak usah.
Sampai kapan???
Entahlah, mungki hingga aku mulai mempercayai lagi tentang arti cinta, laki-laki, dan kepergian..
Maka untuk melakukan ini sebisa mungkin ku bunuh kenang, dan menikamnya tanpa belas kasihan.
Ini tak sepahit menanti lalu disia-siakan ku yakin itu.
Biarlah, aku bahagia dengan caraku meski harus membunuh keji dia dari ingatanku.

Setelah Arya

Tentang Arya yang menyakitkan aku tak ingin mengingatnya, tak ingin memikirkan apapun tentang rasa saikt dan kecewaku.
Tentang Arya yang entah tau atau tidak tentang semua kecewa ini, aku sudah tidak ingin lagi repot mengatur imajinasiku agar berfikir waras.
Aku mengalirkan segala perasaan dihati dan akan mengikutinya hingga kehulu.
Tentang cinta dan kasih sayang, seperti aku sudah tak mengenalnya lagi, perasaan ini entah kemana dan hati ini entah bagaimana. Hanya sakit yang semakin mencekik perlahan seolah ingin membunuh.
Karena hal apa rasa sakit ini tak kunjung usai, seperti Tuhan mengirimkan Arya untukku merasakan ini semua. Aku tak hendak memuji kesabaran ku sendiri karena telah menantikannya selama ini. Toh tetap berujung kecewa dan menyakitkan. Setelah ini sepertinya aku ingin beristirahat dulu dan tak lebih mengenal laki-laki. Aku lelah.. dan ku fikir tidak usah.
Sampai kapan???
Entahlah, mungki hingga aku mulai mempercayai lagi tentang arti cinta, laki-laki, dan kepergian..
Maka untuk melakukan ini sebisa mungkin ku bunuh kenang, dan menikamnya tanpa belas kasihan.
Ini tak sepahit menanti lalu disia-siakan ku yakin itu.
Biarlah, aku bahagia dengan caraku meski harus membunuh keji dia dari ingatanku.

Senin, 24 Oktober 2016

Arya Part 2

Sesekali ku bunuh Arya dalam fikiranku, ku bulatkan keyakinan untuk melupakan Arya yang tak pernah kembali. Ku raih puing-puing kehancuran hatiku dan aku menatanya kembali. Aku sudah lelah bersedih karena Arya yang bahkan mungkin sudah tak mengingatku.
Aku adalah Nilam yang tak harus bersedih sejauh ini karena orang membuat kehancuran. Aku harus bangkit!!
Beberapa bulan setelah masa sulit tentang Arya ku lalui, aku mulai menata hidupku lagi, melanjutkan kuliahku yang terbengkalai dan menyelesaikannya hingga aku membuat ibuku tersenyum bangga melihatku memakai toga. "Ah ibu, maafkan aku.."
Meski Arya masih ada dalam hati dan fikiranku, aku mencoba membunuh waktu untuk tak mengingatnya. Ku sibukkan diriku mengerjakan segala sesuatu yang ku bisa hingga tak ada lagi jeda untuk membiarkan rasa depresi itu ada. Aku hampir berhasil untuk kembali menguasai diriku atas kesedihan. Aku mulai bertemu dengan orang-orang yang selalu mendukungku selama ini. Ita, Nana, Sukma, mereka adalah orang-orang yang tak pernah meninggalkanku, ah bahagianya memiliki mereka.
Sampai saat itu tiba, Arya kembali menghubungiku..
Entah perasaan apa yang ada dalam benakku saat itu, setelah berbulan-bulan tidak memberi kabar kini ia kembali.
Senang rasanya tapi aku sedih, bahagia namun aku merasa kecewa, sampai tidak disadari perlahan air mataku menetes membasahi pipi. Entah rindu seperti apa yang meluap pada hatiku, entah takut yang seperti apa yang hinggap dalam fikiranku. Aku jelas tak memarahi Arya, aku tak membencinya, bahkan aku merindukannya..
Ku balas pesan darinya dengan dada yang berdegup kencang, berharap ia merasakan kesedihan yang menggerayangiku selama ini.
Aryaku kembali.. pekikku pelan pada Ita, Nana, dan Sukma. Mereka merasakan kebahagiaanku dan mengucapkan selamat.
"Ini buah kesabaranmu menantikannya selama ini meski dalam kesedihan, kamu mencintainya aku tahu itu." Gumam Nana tersenyum.
Ya aku mencintai dan menyayanginya, tapi entah apa yang kurasa ini seperti berbeda. Ini seperti sedih dan kecewa yang menumpuk pada hatiku. Bahagiaku sekejap saja dan selalu berlinang air mata.
"Tidakkah Arya kembali dan akan meninggalkanku lagi seperti saat itu ?" Bayang-bayang itu menghantui.
Bukan pertama kali Arya meninggalkanku selama berbulan-bulan. Ini sudah kali kedua, perasaan ini entah seperti apa jadinya. Aku memaafkan Arya, tapi sedih dan kecewaku kemarin mematikan hatiku..
Hingga terucap dari bibir Arya, bahwa ia menyayangiku namun entah harus dibawa kemana rasa sayangnya untukku. Ia berkata akan mendampingiku hingga aku menemukan pasangan yang baik untuk hidupku kelak. Seketika itu pula hatiku terasa menjadi abu..
Aku menunggunya selama ini meski dalam kesedihan dan kekecewaan tapi kalimat ini yang ku dapat darinya..
Aku kecewa tak bisa ku pungkiri. Aku sakit hati..
Jika kepergian Arya seperti ribuan jarum yang menusuki seluruh tubuh, hingga sakitnya ku rasa perlahan-lahan. Kalimat Arya hari ini bagaikan pedang tajam yang menghunus tepat pada jantungku..
Aku selesai dan entah harus bagaimana lagi, penantianku selama ini, kecewaku, sakit hatiku, berbuah sakit hati yang lebih menyakitkan. Aku mencoba untuk biasa saja dan menetralisir perasaan kecewaku, tapi aku tak bisa..
Dalam diam aku memeluk ibu, aku menangis sejadi-jadinya dipelukan wanita yang selalu menyabarkanku.
Tanpa bertanya ibu berkata padaku "Istirahatlah bila hatimu sakit, jangan terlalu memaksakan.. ibu mendoakanmu."
"Ibu.. aku lelah." teriakku dalam hati.
Entah harus apa entah bagaimana, aku hanya ingin diam dan tidak lagi mengenal siapapun. Aku hanya ingin menyembuhkan luka hatiku dengan kembali menyendiri.
Kecewaku menumpuk, namun aku memaafkan.
Entahlah, harus yang seperti apa lagi yang aku suguhkan. Aku lelah dan ingin beristirahat saja.. sendiri.

Selasa, 30 Agustus 2016

Arya

Kecewa adalah hal yang tidak diinginkan oleh siapapun, termasuk aku..
Siapa sangka kecewa itu menyakitkan, dalam hal apapun rasa kecewa sebisa mungkin di jauhkan dari jangkauan kehidupan. Termasuk kecewa karena sebuah hubungan percintaan.
Namaku Nilam, akhir-akhir ini kecewa seakan menyerang dan menyergap hidupku tanpa jeda. Entah alasan apa yang pantas untuk menolaknya, aku rasa aku lelah dengan sebuah kekecewaan terlebih karena cinta.
Aku orang yang tak pandai membuka hati atau jatuh cinta dengan lelaki yang berusaha mendekatiku, sampai akhirnya ku temukan sosok yang berbeda. Ia selalu bisa membuatku jatuh cinta dengan caranya, aku selalu terpukau, aku selalu bahagia dan aku bangga kepadanya. Hingga singkat cerita, kami bersama..
Lelaki hebatku Arya namanya. Aku biasa memanggilnya Mas Arya, usia kami terpaut 4 tahun dalam hubungan ini. Meski dia lebih tua dariku, dia adalah sosok penyayang dan penyabar yang sangat baik, tak pernah sedikitpun terlihat gurat lelah diwajahnya karena sikap kekanak-kanakkanku. Ia selalu tersenyum, tertawa bahkan penuh kejutan setiap harinya..
Aku jatuh cinta, ya aku jatuh cinta sedalam ini padanya. Perasaanku selalu berjuta kejut karena dia. Aku bahagia, bahagia yang tak bisa ku jelaskan pada orang disekelilingku yang selalu menatap aneh karena perasaan cinta ini.
Mas Arya adalah lelaki hebat dan penuh tanggung jawab di mataku. Aku mematri namanya jauh di dalam hati ini, aku tidak ingin mengganti Mas Aryaku dengan orang lain, fikirku saat itu. Karena perhatian dan perlakuannya yang begitu istimewa, hariku seakan jauh lebih berwarna. Semangatku seakan membara dalam menjalani rutinitas selama ini yang begitu melelahkan. Ya semua karena Mas Arya yang begitu istimewa..
Hingga akhirnya aku tak pernah menyangka, Mas Arya yang begitu ku hormati, ku kasihi, ku cintai, pergi dan menghilang dari hidupku. Tidak ada lagi komunikasi, tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi bahagia, tidak ada lagi tawa yang singgah sejak saat itu. Hidupku terasa kosong bahkan seakan tak berarti.
Hari demi hari ku lalui tanpa kisah-kisah indah seperti dulu, aku seakan kehilangan arah dan tujuan hidup selama ini. Ini mungkin sedikit lebay menurut mereka yang menyaksikan kisah hidupku. Tapi pada kenyataannya inilah yang aku rasakan..
Fikiranku entah menerka-nerka pada hal apa, aku tidak bisa berfikir dengan baik. Emosiku menjadi tidak stabil dan cenderung menjengkelkan orang lain. Lingkunganku mulai tak nyaman dengan sikapku yang sudah tak seceria dulu. Sahabat-sahabatku silih berganti menghiburku agar tak berlama-lama bersedih karena Arya. Mereka mulai mengajakku untuk bermain atau sekedar nonton film agar aku bisa lepas dari rasa sedih itu. Namun, sekeras aku mencoba menolak kesedihan, sekuat tenaga juga bayang-bayang Arya menghantui fikiranku.
Ketiga sahabatku Ita, Nana, dan Sukma mulai kasihan pada keadaanku, mereka seakan merasakan segala kegundahan, kekecewaan, sakit hati yang selama ini aku pendam sendiri. Sebisa mungkin aku menutupinya, sejurus itu emosionalku pun memuncak karenanya.
Arya memang istimewa dalam pandanganku, jika tidak memiliki keistimewaan itu, tidak akan pernah aku jatuh jauh seperti ini. Kesedihan yang mendalam dan kekecewaan yang memuncak membuatku menjadi malas dalam mengerjakan apapun. Kuliahku terbengkalai, padahal hanya tinggal selangkah lagi ku raih gelar sarjanaku. Beragam cara yang dilakukan sahabatku untuk membujukku mengerjakan tugas akhir. Aku tak bergairah, gelar sarjana sudah tidak aku inginkan, yang aku inginkan hanya Arya dalam hidupku.
Efek cinta mungkin tidak hanya bahagia, tapi ternyata bisa meninggalkan duka yang mendalam bagi seseorang. Setidaknya itu yang terjadi padaku. Sampai pada akhirnya aku depresi karena Arya..
Tidak ada tempatku untuk mengadu tentang gejolak rasa di hatiku. Tuhan ? Tuhan seakan tidak pernah mendengarkan do’a-do’aku selama ini. Sempat aku membenci diriku sendiri dan menyalahkan Tuhan. Betapa ia tak sayang padaku saat itu. Dengan cara-Nya, Ia jauhkan Arya dariku. Ia cabut kebahagiaanku karena Arya. Tuhan tidak pernah sayang padaku..
Aku tidak lagi mempercayai hal apapun tentang cinta dan laki-laki. Sejak saat itu, aku menutup diri untuk siapapun. Laki-laki hanya mengecewakan dan pembuat kesedihan.
Satu-satunya laki-laki yang tidak pernah membuatku kecewa adalah bapak. Bapak, Nilam rindu..
Dalam langkah goyah ku hampiri bapak, mengusap pusaranya, menabur bunga dan mengucap do’a. Dadaku sesak saat ku tumpahkan kerinduan pada bapak, dalam lantunan do’a hatiku seakan berseru..
Bapak...
Nilam rindu bapak..
Haruskah Nilam jatuh sesedih ini karena laki-laki yang Nilam cintai ?
Kenapa tidak ada laki-laki sebaik bapak untuk Nilam saat ini ?
Pak, Nilam lelah.. Nilam lelah sendiri di sini
Nilam lelah menghadapi rasa yang seperti ini, Nilam lelah..
Sabar yang bapak ajarkan seakan Nilam tak punya, ikhlas yang bapak ajarkan seakan tiada untuk Nilam..
Pak, Arya orang baik yang kini pergi dari Nilam, haruskah Nilam membenci Arya ?
Arya orang baik yang membuat hidup Nilam penuh putus asa, haruskah Nilam tetap mengingatnya ?
Pak, salahkah Nilam dengan semua perasaan dan pengharapan pada Arya ?
Bapaaak..
Peluk Nilam sebentar saja..

Rabu, 27 April 2016

dear..

Pun jika kau pahami rasaku, aku seperti kehilangan sesosok penyemangat dalam hidup. Pun jika kau pahami hatiku, aku seperti tak ada di hatimu lagi.. 
Dan jika kau pahami hidupku, maka ketahuilah aku rindu, rindu pada engkau yang selalu ada setiap waktu, dan jika ku ungkap keinginanku, betapa aku tak pernah mempedulikan keinginanmu aku tau itu.. lalu jika kau tau kecewa dihatiku aku hanya takut engkau pergi dan kehilangan, seperti sekarang ini.. 
Jika kau pahami kecewaku, dimana tempatku kini dihatimu ? dihidupmu ? apa masih pada tempatnya ? atau telah tergantikan dengan seorang yang telah kau genggam tangannya ? 
betapa hancur, tapi aku tak ingin kau tau hal ini, betapa sakit, tapi aku tak ingin kau merasakannya.. 
Genggam tangannya bila itu membuatmu nyaman, lalu aku ? abaikanlah, karena aku hanya bisa memendam rasa.. 
Betapa aku tak percaya kau melakukannya, disaat aku menjaga semua yang membuatmu sakit hati sampai detik ini, lalu engkau ?
Aku seperti ditusuk dari belakang, apa yang aku lakukan ? apa aku marah ? marah, marah, aku tak pernah bisa melakukannya padamu, ah entahlah...
Sebegitu besarnya kah perasaan ini pada engkau ? lalu aku tak mengetahui seberapa besar rasamu padaku kini, masihkah ada atau telah binasa dimakan usia..
ketahuilah, hingga detik ini perasaanku padamu masih sama, sama seperti beberapa akhir ini kita bersama tak berkurang sedikitpun, aku menghormatimu dalam segala keputusanmu.. 
maka taukah kau bahwa aku begitu takut kehilangan ? 
Kepada engkau telah ku jatuhkan pilihan, maka setialah jika kau mampu lakukan.. 

Aku percaya engkau orang yang baik dan bertanggung jawab, maka apapun itu aku melupakan kejadian yang menyakitkan, aku tak mendendam dan tak ingin berlebihan.. 
Aku pelihara dan jaga hati serta perasaanku, maka lakukanlah hal yang sama jikapun engkau mampu..
do'aku selalu dalam setiap hembusan nafas untukmu..

Maka ketahuilah, aku menyayangimu hingga detik ini..

Senin, 04 Januari 2016

MyLDR

Kalian tahu apa yang membahagiakan untuk pasangan LDR ??
Yapp yap.. sebuah pertemuan. Dan itu terjadi padaku beberapa hari yang lalu :)
membahagiakan ? tentu saja.. 
Setelah berbulan-bulan hanya bisa berkomunikasi ria via telephon, sms, dan lainnya, akhirnya kami yang terpisah jarak bermil-mil jauhnya bertemu juga.. hihihihi
Apa yang terjadi ? kikuk ? tentu iya, semuanya terasa seperti mimpi, tapi pada dasarnya menyenangkan dan selalu membuat hati ini tersenyum. 
Malu ? jangan tanya. Tentu saja rasa malu itu ada, tapi lebih besar rasa bahagia karena pada akhirnya pertemuan itu ada juga. 
Apalagi yang membuat bahagia bertemu pasangan LDR mu ? 
Tentu saja kita bisa melihat wajahnya, senyumnya, matanya, tangannya, pokoknya semua yang biasanya tidak pernah kita lihat kini begitu nampak jelas di depan mata. Ingin rasanya berlari, berteriak, kemudian memeluknya dan bilang "sayang, inikah kamu yang selama ini hanya bisa kudengar suaranya ?, sayang betapa aku mencintai dan merindukanmu sejauh ini." hahaha itu hanya ekspektasi karena pada kenyataannya aku hanya bisa diam, memandangi, menikmati, dan tersenyum bahagia dalam hati. 

Well, sesenang dan sebahagia apapun kita bertemu pasangan LDR, harus tetap bisa menjaga segala sesuatu yang memang harus dijaga, jangan sampai karena kelewat senang dan bahagia kita lupa dan dibikin lupa. hihihi

Lalu, apa yang aku inginkan ketika bertemu dia ? hanya ingin diam, memandangi dengan seksama lalu bergumam dalam hati "Ya Allah, terimakasih engkau telah mempertemukan kami sejauh ini". sebagai tanda dan rasa syukur pada Sang Maha Kuasa. Pertemuan itu tidak akan terjadi jika tanpa kehendak-Nya. Sepanjang pertemuan itu hatiku tidak pernah berhenti mengucap syukur, Allah Maha segalanya, betapa beruntung Allah telah menitipkan ia padaku dan memberi kesempatan untukku mencintainya, tentu saja tanpa harus mengurangi rasa cintaku pada Sang Maha Cinta. 

Aku tidak pernah mengeluh pada jarak, sejauh apapun jaraknya yang memisahkan pertautan diantara kami, jika Allah telah menghendaki aku bersamanya, tentu saja aku ikhlas menjalani semua ini. terlebih harus tetap bersyukur pada apapun itu yang telah Ia berikan padaku. Termasuk kamu. Kamu kini selalu ada dalam setiap bait do'a selepas sujudku. Berharap jarak ini segera berakhir dengan segala pembahagiaan yang lebih membahagiakan sesuai dengan harapan. Beraharap semua mimpi dan cita-cita terwujudkan sesuai dengan pengorbanan dan kesabaran. Beraharap kamu hanya menjadi milikku setelah Allah memberimu padaku, dan aku menjadi milikmu setelah Allah menitipkanku padamu. Lalu kita berdua bersama-sama saling membahagiakan dan menyokong satu sama lain. 
Aku memintamu dengan baik pada yang Maha Memilikimu agar dapat bersamaku sampai akhirnya jarak kematianlah yang memisahkan kita. 


Kepada kamu LDRku saat ini, mari saling menjaga, mari saling mempercayai, mari saling setia, mari saling membahagiakan, dan mari berjuang untuk mewujudkan cita-cita bersama agar aku dan kamu menjadi Halal. Amiin..


Untuk kalian yang memiliki pasangan LDR sejauh apapun itu, jangan menyerah dan mengeluh karena jarak dan pertemuan yang jarang. Mintalah pada Tuhanmu agar tidak ada jarak diantara kalian dengan cara yang dihalalkan. Dan berbahagialah bersama..


#MyLDR


Selasa, 23 Juni 2015

aku merindukan kalian..

Namaku Stella. Mahasiswa tingkat akhir pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota ku yang cukup terkenal. Aku tinggal di Yogyakarta bersama kedua orangtuaku awalnya, namun kini mereka berpisah di usiaku yang genap menginjak 23 tahun, di usia kematian adikku yang belum genap satu tahun. Entah atas alasan apa mereka memutuskan untuk berpisah, hanya akhir-akhir ini sepeninggal adikku mereka lebih sering memperdebatkan sesuatu yang sepele bahkan cenderung tidak aku mengerti. Mungkin ini cobaan terberat dalam hidupku, banyak alasan untuk aku mengatakan itu. Selain kematian adikku yang cukup membuat hatiku tersayat, belum lagi luka itu tertutup rapat aku harus kembali dihadapkan pada masalah perceraian kedua orang tuaku yang juga menyisakkan luka yang semakin dalam. Siapa sih di dunia ini yang menginginkan perceraian pada orang tuanya ? begitu juga dengan aku, aku tak pernah memikirkan bahkan memimpikannya pun tidak. Orang tuaku bercerai karena masalah yang mungkin tidak dapat mereka pecahkan berdua. Aku tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran mereka sehingga menjadi seperti ini, tidakkah mereka melirikku ? anak mereka yang tinggal satu-satunya. Bagaimanapun aku merasa sedih dan sakit hati atas ini. Tidakkah mereka ingat pada almarhum adikku ? yang jika masih hidup akan merasakan sakit yang sama. Ditengah-tengah rasa sedihku yang semakin mendalam, aku harus kembali dihadapkan pada kenyataan pelik. Ya, sesuatu hal yang semakin membuatku merasa jatuh dan sakit hati. Kalian tau, betapa hancurnya hatiku saat ini ? mengapa ?
Pernah berpikir bagaimana rasanya kehilangan seorang yang dikasihi ? mungkin semua orang pada umumnya pernah merasakan rasa sedih, sakit, bahkan kecewa atas kejadian tersebut. Begitu juga dengan aku, ketika belum genap satu tahun atas kepergian adik yang sangat aku sayangi, adik satu-satunya yang ternyata lebih disayangi oleh Tuhannya. Aku harus kembali merasakan sakit pada hatiku atas perginya laki-laki yang juga aku sayangi. Ia pergi bahkan tanpa memberi penjelasan mengapa ia begitu tega meninggalkanku yang sangat merasa mencintainya dengan penuh. Lima bulan setelah pertunangan kami, ia pergi dengan alasan tugas diluar kota, namun ternyata tak pernah kembali bahkan tak pernah memberi kabar. Tahukah engkau kekasihku, betapa sakitnya aku menunggumu selama ini, bahkan ada dua hal yang aku tunggu dari engkau kini, yaitu kehadiranmu dan juga kabar darimu yang cenderung tak pernah ada. Haruskah aku setiap hari menatap layar handphone demi memastikan adanya kabar darimu, telephone atau bahkan hanya sekedar sms. Puluhan sms yang ku kirim tak pernah engkau balas, apakah engkau sudah bahagia dengan orang lain disana ? tidakkah engkau sadar bahwa selama hubungan jarak jauh yang kita jalani aku sudah cukup bersabar atas semuanya, kini sabar seperti apalagi yang engkau tuntut dariku ? atau memang kau sengaja pergi dariku hanya karena lelah oleh sebuah jarak yang membentang diantara kita ?
Lalu, apalagi ini yang Tuhan berikan padakku ? tidakkah ada orang lain yang bisa menerima ini selain aku ? mengapa Tuhan tak henti-hentinya memberiku ujian dan cobaan tentang perasaan dan sakit hati ? aku lelah, aku sangat lelah...
Aku bahkan tak punya teman untuk berbagi cerita dan masalah yang menimpa dalam hidupku. Ketika ada seseorang yang sangat aku cintai, dan bahkan ia pun berkata begitu padaku, seseorang yang telah ku percaya, lebih dari sekedar sahabat, kakak, saudara, bahkan pacar kini memilih pergi dariku. Tuhan..... apa salahku sehingga aku engkau buat sesakit ini ?
Engkau lelaki yang tanpa kau sadari selalu ku sebut dalam do’aku, tertanam dalam pikiranku, aku menaruh sebagian hidupku padamu dan memercayakannya. Engkau lelaki yang menjadi labuhan terakhirku, aku yang selalu tersenyum dan tertawa oleh tingkahmu, aku yang merindukanmu setiap hari, aku yang bahkan tak pernah lupa sedikitpun untuk menyelipkan namamu dalam setiap sujudku, megapa memilih pergi ? mengapa memilih tak memberi kabar dan penjelasan ? apa yang salah dariku ? apa aku kurang cantik ? apa aku tak seperti mantan-mantanmu ? apa aku kurang dalam berakhlak ? apa aku kurang dalam beretika ?
Lalu, apa arti janji-janjimu akan menungguku ? apa arti rancangan pernikahan yang telah kita rencanakan selama ini ? apa arti dari kata sayang yang selalu kau ucapkan ? apa arti dari kata rindu yang selalu kau dengung-dengungkan ? apa semua itu hanya untuk membuatku melambung sesaat ? hanya untuk membuatku bahagia dan kau menghancurkannya ? atau karena kau anggap aku wanita bodoh yang dapat kau tipu ?
Aku memang bodoh telah begitu menaruh hati, jatuh cinta bahkan sangat menyayangimu. Tak peduli seberapa jauh jarak diantara kita karena kota yang berbeda, tak peduli seberapa sering engkau bertemu teman-teman cantikmu, tak peduli seberapa sering engkau membohongiku soal kegiatanmu, tak peduli bahkan soal perasaanmu yang benar-benar mencintaiku atau tidak. Jelasnya, aku telah begitu menyayangimu sedalam ini sehingga aku berani memutuskan untuk bertunangan denganmu.
Tapi, apa yang kini engkau perbuat ? secepat itu kau buatku bahagia, dan secepat itu pula kau biarkan  aku berada dalam keterpurukan. Tidak taukah engkau betapa aku merasakan sakit hati atas perlakuanmu yang bisa aku sebut kau begitu mencampakkan ?
Tidak bisakah kau menjadi penghibur laraku ketika begitu banyak masalah yang menimpa dalam kehidupanku ? engkau yang ku kira benar-benar dalam masa tugas karena pekerjaanmu, ternyata pergi meninggalkanku begitu saja, tanpa ada lagi kabar dan apapun darimu.
Harusnya engkau tau, aku sedang merasa tidak biasa atas semua ini. Engkau yang selalu mengisi hari-hariku dengan suaramu, pagi, siang, bahkan sampai tengah malam pun aku selalu setia menemanimu dalam bekerja. Tidakkah kau ingat, kau selalu menelponku lewat dari jam 12 malam ketika engkau bekerja ? dan kita berdua bercanda sampai fajar tiba. Aku rela melakukan itu semua karena aku mencintai dan menyayangimu.
Ah entahlah, untukmu yang aku tak tau kini engkau ada dimana dan bagaimana keadaanmu, semoga engkau selalu baik, aku masih menyayangimu hingga detik ini.
Untuk kedua orang tuaku, tolong liriklah aku, janganlah kalian terlalu egois atas permasalahan yang tidak usah diperdebatkan hingga mengakibatkan perceraian. Masih terus saling menuduh atas keterlambatan membawa Syaga ke rumah sakit. Aku pikir kalian berdua sama salahnya karena terlalu mementingkan pekerjaan tanpa sedikitpun menyisakan waktu untuk kami anak-anakmu kala itu. Setiap hari kalian pergi disaat kami belum bangun, dan pulang disaat kami telah terlelap tidur. Ayah, aku masih butuh bimbinganmu sebagai seorang panutan untuk langkahku menyongsong masa depan, aku membutuhkanmu di rumah ini. Ibu, aku masih membutuhkan kasih sayangmu, omelanmu, teguranmu, kecerewetanmu, yang bahkan tak lagi pernah ku dapat saat ibu memutuskan untuk pergi dari rumah dan meninggalkanku seorang diri kala itu. Ayah dan ibu, maukah kalian kembali kerumah dan hidup bersamaku lagi ? aku tak butuh semua kemewahan yang kalian berikan, aku hanya butuh kalian berdua selalu ada disisiku, bersamaku, setiap hari sebagaimana keluarga pada umumnya.
Adikku Syaga, maafkan atas semua kesalahan mbakmu ini. Mbak tau, mbak bukanlah kakak yang baik bagimu, tapi percayalah mbak sangat menyayangimu dibalik sikap mbak yang cenderung cuek. Bagaimanapun kamu adalah adik mbak satu-satunya. Syaga, jika saja kamu ada dan bisa mendengar semuanya, mbak ingin memelukmu dan menceritakan semua yang terjadi selama ini. Betapa sakitnya hati mbak saat tau kamu pergi untuk selamnya, mbak tidak percaya kamu pergi secepat ini, meninggalkan mbak, ayah, dan ibu.
Syaga, jika kamu tau apa yang terjadi setelah kepergianmu, mungkin kamu juga akan merasakan sakit hati yang sama seperti mbak saat tau ayah dan ibu memutuskan untuk bercerai dan tak hidup lagi bersama.
Dek, kamu masih ingat mas Adit yang kala itu meminta mbak menjadi istrinya ? ia juga pergi meninggalkan mbak dek.. semua pergi meninggalkan mbak sendirian. Mungkin tidak ada lagi yang sayang sama mbak sekarang. Dulu saat ayah dan ibu pergi bekerja, masih ada kamu dirumah yang jail dan usil sama mbak, masih ada kamu dan Mas Adit yang nemenin mbak disaat sepi, tapi sekarang semuanya berubah. Mbak tidak hanya merasakan sepi karena ditinggal ayah dan ibu bekerja, tapi juga karena meraka berpisah dan memilih tinggal dirumah yang mereka kontrak, bukan dirumah kita dulu. Lebih dari itu, mbak merasa kesepian dirumah karena tidak ada kamu yang selalu becandain mbak walau mbak sudah marah-marah. Juga tidak ada lagi Mas Adit yang mbak bangga-banggakan selama ini sama kamu. Dek, mbak kesepian..
Ayah dan ibu, Stella kangen kalian..
Syaga, mbak kangen sama kamu, mbak kangen dek..
Mas Adit, kekasih hatiku.. aku juga merindukan segala tentangmu..
Tuhan, lebih dari apapun masalah yang menimpaku saat ini aku hanya ingin mereka bahagia. Peluk Syaga ya Tuhanku, tempatkan ia di sisi-Mu. Aku menyayangi adikku meski Engkau lebih menyayanginya..
Tuhan, titip rindu buat Mas Adit, seseorang yang masih aku sayangi hingga detik ini meski mungkin ia telah bahagia bersama yang lain.
Stella..